Tampilkan postingan dengan label Pakaian Tradisional. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pakaian Tradisional. Tampilkan semua postingan

Senin, 25 Oktober 2010

Busana Tradisional Irian Jaya Yang Unik

Suku Papua di Irian Jaya memiliki beberapa keunikan yang begitu istimewa, adat istiadat, bahasa, dan terlebih pakaian adatnya. Baju adat Irian Jaya, Suku Asmat, adalah koteka. Koteka biasa dikenakan oleh kaum lelaki yang tinggal di sekitar wilayah Wamena.Koteka terbuat dari kulit labu yang panjang dan sempit, berfungsi untuk menutup bagian alat reproduksi kaum lelaki. Penggunaannya diikatkan pada tali yang melingkar di pinggang.

Busana Tradisional ini hanya menutup bagian alat reproduksi. Jadi, bisa dipastikan tidak ada penutup lain untuk badan. Mungkin karena inilah banyak Suku Papua yang berkulit hitam. Namun, karena iklim yang begitu panas, tidak salah jika pakaian adatnya begitu sederhana.

Pakaian untuk para wanitanya hampir sama dengan kaum pria. Mereka hanya menutup bagian tubuh di sekitar organ reproduksi. Mereka mengenakan pakaian seperti rok dari bahan akar tanaman kering yang dipilin atau dirajut seperti benang-benang kasar yang dijadikan sebagai bawahan atau bisa dikatakan seperti rok yang menutup badan mereka.

Perempuan Suku Asmat bertelanjang dada, sama persis seperti para lelakinya. Mereka sudah terbiasa dengan hal ini sehingga tidak melanggar norma-norma kesusilaan seperti layaknya di daerah lain.Anda tentu masih ingat pepatah di mana bumi diinjak di sana langit dijunjung?

Di mana kita berada, kita harus menghormati adat-istiadat dan budaya dari daerah tersebut.

Sayangnya beberapa tahun terahkir, perkembangan teknologi dan modernisasi akhirnya masuk dan mempengaruhi kebudayaan masyarakat suku Asmat. Hal tersebut mengakibatkan semakin sedikitnya Suku Asmat yang masih menggunakan pakaian adat mereka. Banyak dari mereka yang menggunakan baju dan celana jeans sama seperti kebanyakan orang di dunia.

Sumber - anneahira.com

Temukan semuanya tentang Bisnis & Promosikan Usaha Anda di Iklan Gratis

Busana Daerah Kebanggan Rakyat Jawa-Solo

Jenis baju daerah dan kelengkapannya yang dipakai oleh kalangan wanita Jawa, khususnya di lingkungan budaya Yogyakarta dan Surakarta, Jawa Tengah adalah baju kebaya, kemben dan kain tapih pinjung dengan stagen

Dewasa ini, baju kebaya pada umumnya hanya dipakai pada hari-hari tertentu saja, seperti pada upacara adat misalnya. Baju kebaya di sini adalah berupa blus berlengan panjang yang dipakai di luar kain panjang bercorak atau sarung yang menutupi bagian bawah dari badan (dari mata kaki sampai pinggang). Panjangnya kebaya bervariasi, mulai dari yang berukuran di sekitar pinggul atas sampai dengan ukuran yang di atas lutut. Oleh karena itu, wanita Jawa mengenal dua macam kebaya, yaitu kebaya pendek yang berukuran sampai pinggul dan kebaya panjang yang berukuran sampai ke lutut.

Meskipun seni busana berkembang baik di lingkungan keraton, tidak berarti busana di lingkungan rakyat biasa tidak ada yang khas. Busana adat tradisional rakyat biasa banyak digunakan oleh petani di desa. Busana yang dipakai adalah celana kolor warna hitam, baju lengan panjang, ikat pinggang besar, ikat kepala dan kalau sore pakai sarung. Namun pada saat upacara perkawinan, bagi orang tua mempelai biasanya mereka memakai kain jarik dan sabuk sindur. Bajunya beskap atau sikepan dan pada bagian kepala memakai destar.

Pada masyarakat di Jawa Tengah, khususnya di Surakarta fungsi pakaian cukup beragam, seperti pada masyarakat bangsawan pakaian mempunyai fungsi praktis, estetis, religius, sosial dan simbolik. Seperti kain kebaya fungsi praktisnya adalah untuk menjaga kehangatan dan kesehatan badan; fungsi estetis, yakni menghias tubuh agar kelihatan lebih cantik dan menarik; fungsi sosial yakni belajar menjaga kehormatan diri seorang wanita agar tidak mudah menyerahkan kewanitaannya dengan cara berpakaian serapat dan serapi mungkin, serta memakai stagen sekuat mungkin agar tidak mudah lepas.

Sumber - njowo.wikia.com

Temukan semuanya tentang Bisnis & Promosikan Usaha Anda di Iklan Gratis

Jangan Berpakaian Ketat Di Daerah Aceh Barat

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Aceh Barat resmi menerapkan larangan pemakaian busana ketat yang tak sesuai dengan ajaran Islam. Setiap muslimah di kabupaten itu tak lagi diperbolehkan memakai celana ketat dan celana jins. Semua muslimah wajib mengenakan rok yang sopan dan tidak tembus pandang.

Adapun aturan yang tertuang sebagai berikut ini :

Aturan berbusana bagi muslim (laki-laki), wajib menutupi aurat dan tidak menyerupai pakaian wanita, longgar, sopan, serta mudah dalam gerakan shalat. Pakaian dimaksud harus pula terbuat dari bahan atau jenis kain yang halal dipakai dan tidak terlalu tipis, sehingga menyebabkan warna kulit pemakai terlihat dari luar, tidak merupakan pakaian untuk dibangga-banggakan atau tidak bermegah-megah, serta tidak menyerupai pakaian khas agama lain.

Sedangkan busana bagi masyarakat umum yang dipergunakan, baik dalam pekarangan rumah, saat santai, pengajian, ibadah, dan busana pesta haruslah terdiri atas: busana islami bagi perempuan, yakni baju model gaun terusan yang longgar/gamis, kemudian baju blus/jas dengan rok panjang tanpa belahan, baju kurung dengan rok panjang tanpa belahan, baju kurung dengan kain sarung, baju kebaya dengan kain sarung, baju blus panjang selutut dengan celana panjang yang longgar, baju blus/kaus panjang selutut dengan celana panjang yang longgar dan serasi. Dengan catatan, semua alternatif busana baju perempuan di atas harus tetap disertai dengan menggunakan kerudung/jilbab.

Sedangkan untuk anggota Polri/TNI, perawat, relawan, dan petugas pemadam kebakaran model busananya disesuaikan dengan tuntutan profesi masing–masing dengan memenuhi ketentuan syariat Islam, peradaban, keadaan alam, dan kebutuhan untuk memenuhi tuntutan berbagai aktivitas serta kenyamanan.

Sumber - tribun-timur.com

Temukan semuanya tentang Bisnis & Promosikan Usaha Anda di Iklan Gratis

Mengenal Sedikit Pakaian Tradisional Suku Dayak

Meskipun kini sudah jarang ditemukan, masyarakat Dayak Taman juga menciptakan beberapa jenis pakaian tradisional untuk pelbagai keperluan acara adat. Di antaranya adalah bulang (baju) kuurung. Ada beberapa macam model: baju kuurung sapek tangan yaitu baju kuurung tidak berlengan, baju kuurung dokot tangan yakni baju kuurung lengan pendek, clan baju kuurung langke tangan ialah baju kuurung lengan panjang. Model baju kuurung sesungguhnya sudah tua. Ketika masyarakat dayak Taman baru mengenal baju dari kulit kayu modelnya berbentuk baju kuurung. Baju berlubang leher bentuk bulat atau segitiga ini tidak berkerah clan polos tidak bersaku. Kain berupa pita berwarna lain daripada warna bajunya dijahitkan pada bagian tepi baju. Yada pita itu dipasang kancing-kancing yang hanya berfungsi sebagai hiasan. Sekarang, baju kuurung hanya dipakai oleh para balien (dukun) dengan memilih warna hitam clan pada bagian-bagian pinggir bajunya diberi les atau pita kain warna merah yang lebarnya sekitar 3 cm. Yang dipakai oleh para balien wanita disebut bulang kalaawat.

Bentuknya sama dengan bulang kuurung hanya bagian depannya terbelah seperti kemeja pria biasa, clan berlengan pendek. Sebagai kancing untuk mempertemukan kedua sisi baju dibuat dari tali kain berwarna. Dahulu, baju kalaawat ini dipakai oleh setiap wanita remaja, dewasa, clan orang tua. Sekarang hanya dipakai oleh dukun-dukun wanita, dan wanita lanjut usia.

Dari berbagai ragam busana tradisional yang dimiliki masyarakat Dayak Taman, baju burai king burai clan baju manik king manik, agaknya, yang paling popular sehingga hampir setiap keluarga Dayak Taman memilikinya. Terutama baju burai king burai, yang kerap digunakan pada peristiwa-peristiwa penting seperti perhelatan adat atau perkawinan.

Sumber - indonesia-life.com

Temukan semuanya tentang Bisnis & Promosikan Usaha Anda di Iklan Gratis

Mengenal Ulos

Ulos merupakan salah satu kerajinan kain tradisional khas Batak. Entah kapan masyarakat Batak mulai membuat Ulos. Konon, Ulos telah menjadi kerajinan khas Batak sejak dulu. Bahkan sebelum mereka mengenal produk tekstil, Ulos dijadikan pakaian keseharian. Meskipun demikian, tidak semua Ulos Batak dapat dipakai dalam keseharian.

Ada Ulos yang hanya boleh dikenakan dalam acara tertentu. Misalkan saja, Ulos Jugia. Ulos ini hanya boleh dikenakan oleh orang Batak yang telah memiliki cucu. Ada juga Ulos Ragi Hidup yang dapat dipakai untuk berbagai keperluan adat. Tidak hanya dua macam Ulos itu saja, masih ada beberapa jenis lainnya.

Proses pembuatan Ulos relatif sama dengan kain tenun tradisional pada umumnya. Sehelai Ulos dibuat dari beberapa helai benang yang ditenun dengan menggunakan alat tenun tradisional. Para pengrajin tenun seringkali menyebutnya ATBM, Alat Tenun Bukan Mesin. Untuk membuat sehelai kain Ulos diperlukan waktu yang relatif lama. Itulah mengapa, kesabaran dan ketekunan sangat diperlukan ketika memproduksi sehelai Ulos.

Untuk memproduksi satu helai Ulos, ada beberapa tahap yang harus dilalui. Pertama, proses penenunan benang. Proses penenunan ini menentukan motif ataupun jenis Ulos yang akan diproduksi. Kedua, pewarnaan kain. Biasanya, dominan warna dasar kain Ulos, Merah, Hitam, dan Putih. Seringkali, mereka menggunakan bahan alami untuk memberi warna dasar benang ulos. Setelah warna telah siap, barulah kain yang telah ditenun dicelupkan ke dalam cairan pewarna. Ada yang mengatakan, proses ini memakan waktu yang relatif lama. Untuk membuat kain dengan beberapa warna, kain tersebut haruslah dicelup ke dalam pewarna berulang. Setelah penenunan dan pewarnaan, proses selanjutnya adalah pengeringan. Setelah semua tahap tersebut telah dilalui, barulah Ulos dapat dibuat sedemikian rupa mengikuti bentuk kerajinan yang diinginkan.

Jika dulu Ulos hanya diproduksi untuk selendang dan sarung untuk pasangan kebaya. Namun kini, Ulos juga seringkali digunakan sebagai bahan baku untuk membuat berbagai jenis kerajinan, seperti tas, sarung bantal, taplak meja, ikat pinggang, dompet, ataupun tirai.

Sumber - id.voi.co.id

Temukan semuanya tentang Bisnis & Promosikan Usaha Anda di Iklan Gratis